Musikalitas Pesantren Di Lagu-lagu Ahmad Syauqi Ma’ruf Amin

0
392 views

Putra Wakil Presiden KH. Ma’ruf Amin, Ahmad Syauqi Ma’ruf Amin (Gus Oqi) telah memantapkan diri untuk lebih banyak berkecimpung di bidang seni musik ketimbang politik praktis.

Berbeda dari sang kakak, Siti Nur Azizah, yang telah membulatkan tekad di kontestasi politik Tangerang Selatan 2020, Gus Oqi justru kian bersemangat mencipta dan menyanyikan lagu. Lagu-lagu Gus Oqi sendiri, seingat penulis, memiliki corak yang beragam; dari mulai pop yang lembut di “Wanita Terindahku,” rock yang menghentak dalam “Sebagai Indonesia,” spiritulistis seperti tercermin di lagu “Berdzikir Mengingatmu,” Bulan Dirindu (featuring Charly van Houten), dan “Wirdul Amin, serta masih banyak lagi lainnya.

Musikalitas Pesantren

Menilik kiprah Gus Oqi di bidang penulisan lirik, Gus Oqi tampaknya mewarisi kecakapan literasi KH. Ma’ruf Amin yang dikenal khalayak sebagai salah seorang ulama sepuh NU, dengan penguasaan tata bahasa yang mengesankan.

Gus Oqi melalui lagu-lagunya, berusaha mentransformasikan kaidah-kaidah kebahasaan yang tumbuh subur di lingkungan pesantren, misalnya yang tercermin dari pola pembelajaran dan penghafalan bait-bait di kitab kuning, yang kerap diekspresikan secara musikal oleh para santri dalam apa yang dikenal sebagai nadzhoman, ke dalam bentuk-bentuk lirik dan komposisi lagu.

Pengejawantahan musikalitas lingkungan pesantren ke bentuk lagu yang populer, bukanlah pekerjaan mudah. Pasalnya, lagu merupakan harmonisasi lirik yang puitik dengan penataan musik lewat penyesuaian-penyesuaian dengan nada-nada dan atau notasi tertentu.

Seorang pencipta lagu sama seperti seorang penyair. Chairil Anwar dalam salah satu riwayat pernah berkisah, demi menemukan satu kata yang tepat untuk puisinya, penyair berjuluk Binatang Jalang ini perlu waktu berhari-hari bahkan berminggu-minggu.

Komplotan grup musik legendaris asal Inggris Queen, sebelum menghasilkan mahakarya Bohemian Rhapsody, perlu mengarantina diri beberapa pekan di sebuah kawasan terpencil; sebuah proses kreatif penciptaan lagu yang kelak banyak ditiru oleh band-band Tanah Air.

Kemesraan Lirik dan Musik

Keberhasilan menyelaraskan musik dan lirik memrasyaratkan terciptanya hubungan yang timbal-balik antara lirik dan penataan musik. Lirik dan musik saling memberi dan menerima secara mesra.

Dari khazanah musik negeri sendiri keberhasilan itu bukan hal asing. Lagu-lagu, sebut saja misalnya dari God Bless, Soneta, Koes Plus, Bimbo, lagu-lagu dari era generasi Lomba Cipta Lagu Remaja era 70-an, Ebiet G. Ade, Gank Pegangsaan, Iwan Fals, Franky Sahilatua, Slank, Kla Project, Dewa 19.

Bahkan, Cak Nun bersama Kiai Kanjengnya di masa lalu, menjadi bukti bahwa keselarasan tersebut bisa dicapai. Disimak dari perkembangan musik Indonesia seperti telah disebut di muka, bagaimana posisi Gus Oqi?

Irama Kearifan

Di suatu kesempatan bincang-bincang dengan Gus Oqi, penulis cukup terkejut saat mengetahui Gus Oqi ternyata tak memiliki satu pun seniman atau musisi idola yang menjadi rujukan dalam mencipta lagu.

Gus Oqi, yang nota bene adalah pengasuh Pondok Pesantren An Nawawi, Tanara, Tangerang, tampaknya tipikal pencipta lagu yang membiarkan kreatifitasnya mengalir begitu saja tanpa ada dalih apapun.

Alih-alih sibuk membanding-bandingkan lagu ciptaannya dengan lagu-lagu lain yang telah ada dan laku di pasaran, Gus Oqi lebih memilih membiarkan intuisi yang dimiliki, yang bertahun-tahun ditempa “milieu” pesantren, berproses dan bekerja sedemikian rupa untuk menghasilkan sebuah karya.

Dari proses kreatif seperti di atas inilah, lagu-lagu Gus Oqi kadang penuh kejutan dan di beberapa lagu terdengar berbeda dari lagu-lagu yang kadung populer. Walhasil, lagu-lagu Gus Oqi kerap terdengar polos, lugu, dan bersahaja.

Selain itu, Gus Oqi juga berani menyisipkan kosa kata yang tak biasa ke dalam lagunya misal yang berbunyi “semangat surgaku” dalam lagu “Wanita Terindahku.”

Di balik posisi kemusisian Gus Oqi, penulis mencium adanya sikap kesenimanan yang khas kaum romantik, yang menekankan karya sebagai ekspresi diri dan menempatkannya sebagai jalan satu arah untuk mencapai kearifan.

Ahmad Syauqi Ma’ruf Amin

Penulis: Khudori Husnan (Peminat kajian sosial budaya dan pecinta musik)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here