BANTENKINI.COM, JAKARTA – Indonesia sedang dalam bahaya. Prasangka, kebencian, dan permusuhan menandai arah baru perjalanan bangsa yang justru bergerak di luar impian Indonesia yang diimajinasikan secara kolektif oleh para pendiri bangsa. The Indonesian Dreams adalah ikhtiar bersama dalam rangka mengajak para pemimpin sekarang untuk memikirkan dan menjiwai kesadaran ke-Indonesia-an sesuai dengan impian pendiri bangsa. Indonesia perlu dikendalikan lagi dengan pertukaran ide demi kemajuan bangsa.
Demikian diungkapkan Pemikir Kebinekaan, Sukidi, dalam wawancara dengan Budiman Tanuredjo di kanal YouTube “Back To BDM”, Sabtu (7/5). “Saya menyebutnya sebagai Republik Ide, karena republik ini dibentuk dari satu kekuatan ide, impian, spirit dan cita-cita kolektif yang akhirnya membentuk Indonesia,” tegasnya.
Bagi Sukidi, impian Indonesia para pendiri bangsa itu perlu terus digelorakan kembali karena para pemimpin sekarang kurang menjiwai spirit dan impian para peletak dasar republik ini. Ia menambahkan, warisan pemikiran brilian itu bukan proyek sekali jadi untuk selamanya, melainkan “proyek bersama” yang terbuka untuk selalu diperbaiki menuju kesempurnaan. Karena itu, proyek ini menuntut setiap warga untuk berkontribusi, sekecil apapun, demi kemajuan Indonesia.
Salah satu mimpi Indonesia yang diuraikan oleh doktor Universitas Harvard, Amerika Serikat, itu ialah impian persatuan yang menjadi keprihatinan bersama akibat keterbelahan dan konflik sosial. Sukidi menilai bahwa agenda persatuan ini memegang peran yang sangat penting dalam menyukseskan setiap agenda pembangunan nasional. Sebaliknya, konflik dan permusuhan justru memporak-porandakan keutuhan bangsa ini. “Sebagus apa pun infrastruktur yang kita bangun, tetapi kalau warga negara bercerai-berai, maka bangunan infrastruktur itu tidak akan memberikan manfaat yang berarti buat kemajuan bangsa ini,” urainya.
Bagi Sukidi, spirit persatuan yang diwariskan oleh para pendiri bangsa mesti selalu dijadikan “proyek bersama” untuk mengatasi kultur kebencian, keterbelahan sosial, dan permusuhan yang semakin memecah belah bangsa ini. Karena itu, bangsa Indonesia harus diingatkan tentang pentingnya apa yang disebut oleh Budiman Tanuredjo sebagai “sistem peringatan dini” (early warning system) agar masyarakat tidak mudah terhasut, tercerai-berai, dan terkotak-kotakkan. “Kalau ini tidak segera kita atasi, kita akan menjadi bangsa yang gagal,” imbuhnya.
Kader Muhammadiyah itu juga merisaukan amanah keadilan yang tidak diwujudkan oleh para pemimpin negeri, meskipun telah merdeka lebih dari 76 tahun silam. Kesenjangan di berbagai aspek kehidupan masyarakat menjadi bukti yang terang benderang tentang amanah para pendiri republik yang diabaikan. Keadilan menjadi sila kelima Pancasila yang paling terabaikan hingga sekarang. “Kita tidak menunaikan keadilan yang telah diletakkan oleh para pendiri bangsa dan juga tidak mewujudkan amanah itu dalam kehidupan nasional,” ungkapnya.
Dalam menyelenggarakan negara, pesan Sukidi, para pemimpin mesti rela sepenuhnya untuk berkorban, menjalani hidup dengan prinsip kesederhanaan, dan menyelami penderitaan rakyat. Keteladanan moral dan etika bernegara yang telah ditunjukkan secara baik oleh Agus Salim, Soekarno, Hatta, dan Natsir, layak ditiru oleh para pemimpin masa kini. Dengan kesadaran penuh, mereka memilih hidup sederhana dan mendedikasikan pikiran, hati, dan tenaganya untuk mengabdi sepenuhnya demi rakyat dan negara tercinta. Bagi Sukidi, kemajuan sebuah negara tidak diukur dari kesejahteraan para penyelenggara negara, tetapi justru ditentukan oleh kesejahteraan rakyatnya.
Persatuan dan keadilan adalah sekadar dua dari sepuluh impian Indonesia yang ditawarkan Sukidi dengan merujuk kepada pikiran dan keteladan moral para pendiri bangsa. Ia menawarkan 10 Impian Indonesia (The Indonesian Dreams) sebagai ikhtiar untuk menghormati warisan pemikiran dan keteladanan hidup para pendiri bangsa. 10 Impian Indonesia itu meliputi impian kebinekaan (dream of diversity), impian ketuhanan (dream of divinity), impian gotong royong (dream of togetherness, cooperation, and mutual assistance), impian kebebasan (dream of freedom), impian kemanusiaan (dream of humanity), impian persatuan (dream of unity), impian keadilan (dream of justice), impian kesetaraan (dream of equality), impian kesejahteraan (dream of welfare), dan impian demokrasi (dream of democracy).