BANTENKINI.COM, RANGKASBITUNG–Ini kisah nyata dan dikisahkannya sendiri pada wartawan ini. Di sela menunggu hujan reda, pada sebuah warung kopi, ketika dirinya sedang libur, dan bertemu dengan wartawan ini, Minggu(1/3) .
Sutisna sudah tak kaget lagi, bila sehabis mengantar mayat dari suatu tempat yang cukup jauh dengan mobil ambulance, dan mengendarainya sendirian tanpa ditemani pegawai lainnya.
Kemudian pas ditengah perjalanan, di tempat yang sunyi , tiba-tiba saja keranda mayat yang telah kosong tak berisi mayat tersebut, di dalam ambulance bagian belakang, terdengar gulutrak-gulutrak seolah menari-nari sendiri. Padahal jalan yang sedang dilalui pun tidak berbatu atau pun berlobang, dengan kata lain ke empat roda mobilnya sedang melintasi jalan transfortasi beraspal mulus.
Sejenak ia hentikan laju kendaraannya, kemudian ditengoklah kebagian belakang ruang ambulance tersebut. Anehnya keranda mayat itu tetap saja bergerak-gerak sendirinya.
Lalu setelah dirinya membaca doa dan beberapa ayat suci al-quran, sontak tiba-tiba keranda mayat tersebut berhenti.
Selanjutnya ia menghidupkan lagi mesin mobil ambulancenya, kemudian melaju lagi hingga kembali ke RSUD Adjie Dharmo yang tak jauh lokasinya dari Alun-alun Kota Rangkasbitung.
“Yang lebih aneh lagi, sering saya dapati ,saat mobil ambulance yang saya kendarai itu, tiba-tiba kaca jendelanya turun, dan sejurus kemudian naik menutup jendela mobil kembali, atau bergerak secara otomatis. Padahal tombolnya gak saya tekan”terangnya.
Masih kata dia, awalnya ia melamar kerja sebagai TKS(Tenaga Kerja Sukarela) pada Dinas Perhubungan Kabupaten Lebak yang ada di Rangkasbitung pada tahun 2011. Akan tetapi pada 2018 ia dipinta pihak RSUD Adjie Dharmo untuk membantu perparkiran. Dan sesekali sering dijadikan sebagai sopir ambulance cadangan. Pada saat sopir batangannya lagi libur.
Sementara pada saat itu ada orang yang meninggal dunia, yang selanjutnya oleh pihak keluarga si mayat tersebut, minta diantarkan oleh pihak rumah sakit hingga kerumah keluarga mayat, baik yang berjarak dekat hingga yang berjarak ratusan Km dari pusat Kota Kabupaten, seperti Kecamatan Malingping, Bayah, Cibareno, bahkan pernah ke suatu tempat yang berbatasan antara Pelabuan Ratu,Sukabumi dengan Kabupaten Lebak.
‘Berbagai hal-hal aneh sering saya temui dan alami, tapi saya tidak takut, karena saya hanya merasa takut Pada Allah, dan hanya kepadanya lah saya beribadah serta memohon perlindungan dan pertolongan. Walau gaji yang saya dapat tidak seberapa. Akan tetapi saya tetap mensyukurinya, karena paling tidak saya setiap hari bisa makan dan menghidupi keluarga saya, meski pas-pasan.
Sehingga profesi ini tetap saya geluti. Sebab pada saat ini mencari pekerjaan itu sulit” paparnya.
Penulis ;ASEPWE