Camat Panimbang, Suaedi Kurdiatna Tak Mau Aji Mumpung

0
381 views

BANTENKINI, PANDEGLANG–Memangku jabatan sebagai Camat Panimbang, Suaedi Kurdiatna, memang baru berjalan tiga(3) tahun jalan, yaitu sejak 2017 lalu hingga kini memasuki pekan pertama Agustus 2019.

Akan tetapi diwilayah kecamatan ini banyak mengalami perubahan yang cukup signifikan , baik pembangunan pisik maupun non pisik. Apalagi di wilayahnya juga mulai masuk sejumlah proyek dari program pemerintah pusat , seperti dalam waktu dekat akan segera rampung jalan tol Panimbang -Serang-Jakarta juga tak akan lama lagi di wilayahnya akan dibangun pula sebuah dermaga.

Selain pembangunan infrastruktur, salah satu yang paling dominan adalah , diwilayah ini tidak ada lagi tempat-tempat hiburan gelap. Karena dirinya bersama para tokoh masyarakat dan ulama beserta unsur muspika, selalu sinergis dalam memeranginya. Bahkan pada masa Suaedi inilah, Panimbang bisa mendongkrak sumbangan Pendapatan Asli Daerah(PAD) Kabupaten Pandeglang, setelah PT.Asoka memiliki izin usaha secara resmi dari Pemkab Pandeglang.

“Kami beserta jajaran Muspika, telah berhasil mengupayakan agar dalam melaksanakan kegiatan usahanya, PT.Asoka menjadi resmi berizin. Dan menurut petugas Badan Penanaman Modal Perizinan Terpadu Satu Pintu. Ternyata PT.Asoka ini sebagai perusahaan penyumbang pad terbesar di wilayah Kabupaten Pandeglang” ujar Camat Suaedi Kurdiatna ketika berbincang-bincang dengan wartawan ini diruang kerjanya, Selasa(3 Agustus 2018) kemarin.

Masih menurut pria kelahiran Menes tersebut, luas wilayah Kecamatan Panimbang adalah 132,84 hektare, terdiri enam desa, 66 RW, dan 161 RT dengan jumlah 12.780 kepala keluarga(KK). Seluruh program pembangunan pemerintah pusat, maupun daerah dan pemerintah kecamatan, bisa dikatakan berjalan lancar.

Menurutnya, dari enam desa yang ada di Panimbang, ada satu desa , yakni Desa Ciseukeut telah berhasil memanfaatkan sebanyak 42 hektare tanah HGU (Hak Guna Usaha).
Menurut Suhaedi dari 42 Hektare itu, seluas enam Hektare dibagikan cuma-cuma pada warganya dan telah bersertifikat atas nama warga yang kini memilikinya, kemudian seluas 30 Hektare dikelola oleh BUMDES dan dimanfaatkan disektor perikanan juga penanaman pandan untuk bahan anyaman, selanjutnya yang 7 Ha menjadi lahan milik Pemda Pandeglang, dan dijadikan lahan pasospasum, sedangkan seluas dua hektare kini dijadikan Huntara ( tempat hunian sementara bagi para keluarga korban bencana tsunami).

” saat ini diwilayah kami tak ada lagi warung-warung remang-remang(Warem) yang sering dijadikan tempat mabuk-mabukan atau prostitusi. Karena kita bersama warga selalu bersinergis, termasuk dengan muspika, maupun para ulama dan tokoh masyarakat, dalam memerangi tempat-tempat maksiat.

Jika saya mau aji mungpung, banyak oknum yang sekaligus sebagai backing sejumlah Warem yang mencoba mau menyuap saya dengan membawa sejumlah uang, agar waremnya tidak diubrak Abrik. Coba jika saja dimisalkan satu warem memberi upeti pada saya sebesar Rp 2 juta saja maka kalau dikali 30 warem , dipastikan sebulannya saya mendapat Rp.60 juta perbulannya. Yang tentu saja melebihi gaji saya selaku camat. Tapi saya tidak tergoda, dan terus kami gempur hingga tak ada satu pun kini yang beroperasi. Bahkan saya juga sering mendapat teror, pada saat akan memberantas tempat-tempat maksiat. Namun syukur Alhamdulillah hingga kini kami dapat melaksanakan tupoksi saya sebagai camat diwilayah ini”pungkasnya.

Penulis : Asep WE
Editor : Jumri

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here