Caleg Baru Jadi Kuda Hitam, Alarm buat Incumben

0
164 views

BANTENKINI.COM, TANGERANG – Sebulan jelang pemilu dihelat, tepatnya 14 Februari 2024 nanti, dinamika persaingan politik makin kencang. Media Survey Indonesia atau MSI merilis data hasil survei ke beberapa titik pemilih yang diwawancarai langsung melalui tatap muka terutama di wilayah Provinsi Banten, termasuk pemilih di Kabupaten Tangerang.

Dari hasil survei keunggulan Prabowo-Gibran di Banten tentu saja berimbas ke persaingan partai di wilayah Banten, terutama Kabupaten Tangerang.

Partai Gerindra besutan Prabowo mengalami kenaikan elektabilitas suara partai, bahkan menyalip PDIP di beberapa wilayah, terutama Kabupaten Tangerang, yang di tahun 2019 lalu dimenangkan PDIP.

Salah satu yang paling sengit terutama persaingan partai besar terjadi di persaingan caleg di dapil 5 Kabupaten Tangerang. Daerah Pemilihan yang dikenal sebagai dapil panas ini, tampaknya persaingan Caleg makin sengit.

Di dapil ini Gerindra naik ke posisi atas, menyalip PDIP yang di tahun lalu mendapatkan 2 jatah kursi dari 8 kursi yang diperebutkan.

Tahun ini ada sekitar 9 kursi yang diperebutkan. Sementara partai-partai menengah dan kecil seperti PAN, Demokrat, PKS, PKB, PPP, Nasdem hingga PBB, terus bersaing mengandalkan ketokohan Calegnya.

Ada sekitar 6 partai yang mengandalkan caleg incumbennya, seperti PDIP, Gerindra, Golkar, PAN, Demokrat, dan PPP. Sementara PKB, PBB, PKS, dan Nasdem tampil mengandalkan caleg yang lama maupun yang baru dan belum pernah duduk di kursi DPRD.

Di Partai besar seperti Gerindra survei teranyar menunjukan jika Imam Turmuzi masih unggul tipis dengan angka perolehan suara pemilih Gerindra 35 ℅, sementara H. Sobri menyusul ketat dengan angka 31 ℅. Sisanya 34 ℅ diperebutkan Caleg Gerindra lainnya.

Adapun PDIP yang turun di posisi ke 2. Caleg-calegnya lebih sengit bersaing, tarutama 3 Caleg andalannya, yakni Deden Umardani, Hugo Pranata dan H. Uyung. Deden sementara berada di posisi teratas dengan torehan 28 ℅ karena faktor incumbent dan sudah punya basis massa di Cikupa.

Sementara Hugo yang punya modal pengalaman di Caleg Provinsi tahun 2019 lalu menyusul Deden dengan angka 25 ℅ karena punya basis di Curug. Sisanya disusul H. Uyung dan caleg PDIP lainnya.

Persaingan ketat juga terjadi di Golkar terutama 2 nama, yakni Caleg incumbent no urut 1 Eli Nurhaeni dan caleg baru Golkar no urut 2 drg. Zainal Muttaqin.

Yang menarik jika di periode Agustus-September Eli masih unggul dari Zaenal, survei terbaru Zaenal menyalip tipis lewat pergerakan senyapnya dengan angka 22 ℅ karena punya basis pemilih di Curug dan Cikupa. Sementara Eli yang punya basis di Panongan berada di posisi kedua dengan hasil 20 persen pemilih Golkar. Sisanya dibagi dengan caleg Golkar lainnya di dapil 5.

Adapun PAN diprediksi menggantikan PKS, setelah caleg incumbent PKS yakni Rispanel pindah ke Provinsi. Sri Panggung bertengger sendirian tanpa lawan internalnya dengan angka 70 ℅ suara, sisanya suara PAN dibagi ke caleg PAN lainnya.

Hal serupa terjadi pada Demokrat, Demokrat naik ke kursi 5 dengan Nonce Tendean caleg incumbent sebagai andalan utamanya. Tapi Nonce tak sendirian masih ada Anhar pesaing internalnya.

Di urutan selanjutnya ada PKB yang berpeluang mendapatkan kursi dengan mengandalkan 2 jagoan Caleg putra daerah yakni H. Hamdan yang punya basis di Cikupa dan Fahrizal Azmi yang punya basis suara di Curug.

Yang menarik dari hasil survei sementara PBB juga mulai bergeliat setelah lama tak punya perwakilan dewan di Dapil 5. PBB mengandalkan figur seperti Miming Ismail putra daerah Panongan yang juga punya relawan di Cikupa nyaris setiap desa. Sementara no urut 1 Abu Bakar yang punya basis suara di Curug berada di urutan kedua pendulang suara PBB.

Meski hanya 3 kandidat di PBB, jika 2 sosok kombinasi putra daerah dan bukan putra daerah di masing-masing basis ini, akan bisa bersaing dengan partai lain memperebutkan kursi 7,8 dan 9.

Di urutan selanjutnya ada sosok incumbent yakni Ahyani yang menjadi andalan di PPP. Suara Ahyani mengalami penurunan di basisnya setelah kehadiran dari caleg PKB, yakni Fahrizal Azmi, H. Sobri dari Gerindra, dan H. Yoyon di Golkar dan Abu Bakar dari PBB.

Suara bulat Ahyani di basisnya tahun 2019 terpecah setelah kehadiran caleg putra daerah lainnya, sehingga suaranya mengalami pelemahan.

Sementara PKS yang kini tampil dengan caleg lama dan baru yang belum pernah duduk di kursi DPRD juga turun setelah tak ada incumbent yang pindah ke Provinsi yakni Rispanel. Ada 2 jagoan di PKS yang bersaing yakni di posisi pertama Nur Amalia dengan basis suara di Cikupa dan Budi Adi dengan basis suara di Curug tapi lebih kental di basis-basis perumahan.

Sementara caleg yang terus menempel ketat PKS yakni dari partai Nasdem dengan sosok lama, yang belum pernah duduk di kursi dewan yakni Yakub.

Suara Yakub mengalami penurunan sejak Desember setelah caleg lain di Panongan per Desember lalu mulai turun gunung ke kantong-kantong massa.

Yakub sendiri meskipun domisili di Panongan, relatif tidak punya basis suara di Panongan. Sebaliknya malah lebih berpeluang di Cikupa karena jaringan massa berbasis kedaerahan.

Tapi posisinya terancam tak mendapat jatah kursi jika tak bisa menyalip PKS atau PPP.

Hasil survei ini hanya sementara per-Desember 2023 menuju awal Januari 2024 dengan margin eror 3,5 ℅. Arah dukungan bisa saja berubah bergantung pada kesiapan dan pengelolaan tim masing-masing.

Data di atas akan sangat ditentukan oleh persaingan di malam H nanti atau sehari jelang pemilihan.

Jika tidak ada perpindahan relawan didukung distribusi yang merata dan kecukupan logistik, para caleg diperkirakan bisa meraih kursi sesuai jatah yang diperebutkan.

*Potensi Kuda Hitam*
Merespon hasil riset di atas, peneliti dan dosen Muhammadiyah Tangerang, Mohamad Asrori Mulky, menilai kontestasi Pileg terutama DPRD Kabupaten atau Kota memang tidak terlalu banyak mengandalkan perolehan suara nasional. Tapi lebih mengandalkan jaringan tokoh dan figur Caleg. Apalagi kalau DPRD tidak terikat electoral threshold. Bisa jadi caleg baru jadi kuda hitam atau jadi pendulang suara partai.

“Jadi siapa aja sosok Caleg tetap punya peluang kalau bisa mengelola jaringan dan tim atau kader. Apalagi jika putra daerah dan punya banyak keluarga peluangnya besar tinggal porsi kursinya saja yang berbeda. Kalau partai menengah alokasi kursinya wajar di kursi buncit. Tapi bukan soal kursi 8 atau 9 yang penting kan jadi dewan. Jadi bisa jadi Caleg baru nyalip jadi kuda hitam, ” terang Asrori.

Figur baru Caleg tetap punya peluang, karena seringkali incumbent banyak kehilangan kader militan karena selama menjabat mungkin tidak merawat kader atau relawannya.

“Saya kira figur atau sosok Caleg baru tetap punya peluang besar, apalagi kalau caleg incumbent selama jadi dewan tidak bisa mengelola kader militan. Punya kader militan itu susah, kalau cari yang baru pertaruhan besar. Makanya Caleg baru cukup berpeluang apalagi kalau punya dukungan logistik yang sama, saya kira trend survei MSI menunjukan ke arah itu, ” tutup Asrori.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here