(Tulisan Pertama)
Oleh: Chavchay Syaifullah
Benarkah saat ini Persaudaraan Muslimin Indonesia (PARMUSI) sedang berada di tikungan jalan? Lalu, apa hubungannya organisasi dakwah ini dengan pertambangan?
Kepulangan Ketua Umum PARMUSI hasil Muktamar IV, Usamah Hisyam, ke pangkuan Allah SWT beberapa waktu lalu, memang masih menyisakan kesedihan. Namun bagaimana pun Parmusi tetap harus berjalan. Kini Parmusi dipimpin oleh Plt. Ketum Prof. Dr. Husnan Bey Fananie.
Dalam Mukernas III Parmusi yang akan digelar di Hotel Ambhara, Jakarta Selatan, 14-16 Februari 2025 nanti muncul sejumlah pihak yang meminta penetapan status ketum definitif dan menghapus status Plt, agar Ketum bisa leluasa mengeksekusi keputusan-keputusan strategis organisasi. Namun sejumlah pihak lainnya ngotot agar pengangkatan Ketua Umum Parmusi secara definitif harus melalui forum Muktamar V, yang rencana digelar pada September nanti. Ini perlu pembicaraan terbuka di Mukernas III besok.
Sebenarnya banyak persoalan urgen yang harus dilakukan dalam kepemimpinan Parmusi saat ini. Mulai dari perapihan pengurus wilayah yang SK-nya sudah kadaluwarsa. Konon dari 28 wilayah tinggal 17 wilayah yang SK-nya masih aktif. Masalah kaderisasi kader, masalah peningkatan mutu da’i-da’i Parmusi, masalah perluasan domain dakwah yang tidak mesti di wilayah keagamaan melainkan dakwah di bidang ekonomi dan politik. Formulanya seperti apa dan ke mana afiliasi politiknya, tentu perlu konsolidasi internal yang matang.
Persoalan lain yang lebih seksi adalah soal jatah izin usaha pertambangan yang akan diberikan Pemerintah kepada Parmusi, sebagaimana dilakukan Pemerintah kepada ormas Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyyah. Masalah ini diam-diam menyimpan “bara” di lingkungan pengurus harian. Ada langkah-langkah saling intip dan saling jegal. Bahkan segelintir pengurus sedang bekerja membuat legalisasi perusahaan tambang milik Parmusi yang konon harus segera beres dalam 3 bulan ini untuk mendapatkan izin tambang tersebut. Terkait usaha pertambangan ini, sejumlah pengurus menilai sebagai buah simalakama. Kalau diambil konflik internal potensi bermunculan, kalau tidak diambil seperti menyia-nyiakan datangnya sumber rejeki organisasi.
Saya rasa adanya dinamika internal di Parmusi terkait jatah izin usaha pertambangan dari Pemerintah ini bisa diselesaikan dengan menerapkan 4 asas utama: profesionalisme, transparansi, komunikasi yang terbuka dan koordinasi yang menyeluruh. Kalau ini terjadi di setiap elemen organisasi dan dilakukan prosesnya dengan kesabaran pasti akan menemukan hasil yang maksimal. Angin tambang itu akan jadi angin keberkahan buat Parmusi.
Lain halnya bila usaha pertambangan ini dilakukan dengan penuh nafsu karena ada janji surga dan kurang bersabar, maka kelak akan muncul oligarki dalam Parmusi. Ini yang membuat organisasi sakit berkepanjangan.
Mukernas III jangan sampai menjadi momentum yang hanya mengajak para hadirin sebagai penonton atau pendengar tentang rencana giat pertambangan itu. Apalagi seolah mereka dihadirkan untuk jadi cap dukungan wilayah atas usaha pertambangan Parmusi. Ini akan menjadi fait accompli yang kurang baik bagi organisasi.
Alangkah indahnya jika forum Mukernas III itu dijadikan forum rembukan yang mendalam, kalau perlu dilakukan penjajakan calon-calon direktur, manajer, dan karyawan yang profesional. Jangan sampai posisi-posisi penting dalam perusahaan tambang Parmusi berlaku asal tunjuk atau asal suka hati. Sebagai perusahaan baru, tentu tenaga-tenaga yang profesional sangat dibutuhkan atau setidaknya punya pengalaman di bidang tambang dalam kurun waktu yang cukup.
Lebih dari itu, Mukernas III juga cocok untuk membangun aturan main yang jelas antara ormas Parmusi dengan perusahaan tambang milik Parmusi itu. Regulasi itu sangat perlu dan penting. Aturan yang jelas jauh lebih penting dari sekadar urusan si A menduduki apa dan si B menduduki apa. Kalau memang akan ada pemberlakuan wakaf dalam urusan tambang ini, mekanismenya seperti apa. Kalau tidak punya modal pengelolaan tambangnya lalu dikerjasamakan dengan pihak ketiga, lalu akan seperti apa dampak hukum dan pembagian hasilnya. Ini butuh pemikiran yang cukup dan berembuk dengan banyak pihak, termasuk semua pengurus wilayah. Biar semua saudara di dalam Parmusi punya rasa memiliki yang tinggi terhadap Parmusi. Jangan sampai perusahaan itu mengatasnamakan Parmusi tapi justru kebermanfaatannya bagi ormas Parmusi malah jauh panggang dari api.
Langkah hati-hati, waspada, penuh keterbukaan dan kesabaran insya Allah akan mendatangkan kebaikan dan kemenangan Parmusi di masa depan. Semoga Allah SWT selalu memberi hidayahNya bagi kita semua. Selamat Mukernas III untuk Parmusi!!!
*Chavchay Syaifulah adalah Aktivis Parmusi.