Oleh: Raavi Ramadhan )*
Varian baru mutasi Covid-19 yang pertama kali ditemukan di Inggris kini sudah masuk ke Australia. Pemerintah pun telah mengambil sejumlah langkah preventif guna mencegah masuknya varian bau tersebut ke Indonesia. Di samping itu, masyarakat juga diharapkan dapat terus waspada dan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Dicky Budiman selaku Epidemiolog dari Universitas Grifith, menyatakan pemerintah Indonesia harus segera mengambil kebijakan khusus dalam merespons varian baru virus corona SARS-Cov-2 di Inggris. Dia meminta agar pemerintah dapat meningkatkan penelusuran genom virus SARS-Cov-2 di Indonesia.
Dicky menuturkan mutasi pada virus adalah hal yang normal dan umum terjadi. Dalam satu bulan, virus biasanya bermutasi sebanyak satu hingga tiga kali. Sedangkan varian baru di Inggris, dirinyya mengatakan kecepatan mutasinya hingga 17 kali.
Kecepatan mutasi tutur Dicky akan mempengaruhi virus efektif dan efisien menginfeksi. Sehingga, laporan dari pemerintah Inggris menyebutkan bahwa tingkat penularan virus itu sebesar 70 persen.
Lebih lanjut, Dicky membeberkan tingkat pertumbuhan virus corona SARS-CoV-2 harian di Indonesia berkisar 20 persen. Jika varian baru dari Inggris masuk ke Indonesia, dirinya memprediksi bisa membuat pertumbuhan kasus harian meningkat tiga kali lipat.
Di sisi lain, Dicky membenarkan belum ada laporan varian baru virus corona SARS-Cov-2 di Inggris meningkatkan keparahan. Namun, varian itu berpotensi meningkatkan beban rumah sakita karena jumlah pasien positif meningkat.
Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya tingkat kematian yang juga semakin tinggi karena tidak tertangani.Dicky menambahkan mutasi virus bukan merupakan virus jenis baru. Dia berkata mutasi itu hanya membuat virus menjadi berubah bentuk.
Ia mengingatkan, mutasi tersebut berpotensi terjadi pada wilayah yang tidak bisa mengendalikan penularan. Semakin banyak virus, Dicky menyebut semakin besar virus bermutasi. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi yang sama.
Lebih dari itu, dia menegaskan 3M dan 3T harus terus diterapkan di tengah situasi saat ini. Adapun soal pembatasan akses perbatasan juga merupakan hal yang perlu dipikirkan.
Penemuan Kasus Infeksi mutasi virus corona (Covid-19) baru di Inggri memicu kewaspadaan dan kekhawatiran dunia. Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson juga memperingatkan, virus corona baru ini 70 persen lebih cepat menular.
Johnson menganggap kemunculan jenis baru virus corona ini menjadi penyebab lonjakan penularan Covid-19 di London dan selatan Inggris dalam beberapa waktu terakhir.
Puluhan negara segera memberlakukan larangan dan pembatasan kedatangan (travel ban) turis dari/ke Inggris demi mengantisipasi penyebaran kasus Covid-19 yang disebabkan jenis baru virus corona baru tersebut. Mulai dari Kanada, Prancis, Rusia, Argentina, Belanda, Ceko, Estonia, Denmark, Hong Kong, Iran, Maroko, Turki, India, Australia hingga Indonesia melarang masuknya warga negara Inggris.
Juru bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, mengatakan bahwa pemerintah melarang WNA dari Inggris memasuki wilayah Indonesia baik secara langsung maupun transit dari negara lain.
Namun, bagi WNA dan WNI dari wilayah Eropa dan Australia serta WNI dari Inggris diberikan pengecualian untuk tetap bisa masuk ke wilayah Indonesia dengan syarat, yakni harus menunjukkan hasil negatif tes menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) di negara asal yang berlaku maksinal 2 x 24 jam sebbelum jam keberangkatan.
Setelah hasil PCR negatif, WNA dan WNI dari Eropa dan Australia serta WNI dari Inggris harus melakukan karantina selama minimal lima hari di tempat akomodasi karantina khusus yang telah disediakan oleh pemerintah.
Wiku menyebut, pemerintah telah menyediakan 17 hotel dengan kapasitas 3.570 kamar sebagai tempat isolasi mandiri. Setelah itu, mereka wajib melakukan tes PCR ulang. Apabila hasilnya negatif, maka pelaku perjalanan WNA non-Inggris itu diperbolehkan untuk melanjutkan perjalanannya di Indonesia.
Meski negara-negara telah ramai menutup perbatasan dari Inggris, mutasi virus corona tersebut sudah terdeteksi di sejumlah negara Eropa.
Lembaga Pusat Pencegahan dan Pengendalian Wabah Eropa (ECDC) menyatakan, infeksi virus corona jenis baru telah ditemukan di beberapa negara di Benua Biru seperti Islandia, Denmark dan Belanda.
Sementara itu, beberapa media lokal juga telah memberikan laporan kasus penularan serupa juga telah terdeteksi di Belgia dan Italia dalam beberapa hari terakhir.
Kewaspadaan tetap harus dijaga, selain juga mematuhi protokol kesehatan yang sudah menjadi himbauan pemerintah seperti menjaga jarak, memakai masker dan mencuci tangah. Karena kewaspadaan inilah yang dapat menjaga diri kita dari ganasnya virus corona.***