Generasi Milenial Terpapar Hoaks

0
48 views

BANTENKINI.COM, JAKARTA – Generasi milenial menjadi korban hoaks terbesar dalam lalu lintas informasi di media sosial. Bila tidak segera dicegah secara kolektif, generasi milenial bisa tumbuh menjadi generasi yang penuh rasa waswas, bingung, dan terbentuk kebencian yang tidak berdasar.

Generasi milenial berpotensi menjadi korban hoaks terbesar, karena mereka pengguna aktif media sosial terbesar. Kondisi ini harus menjadi perhatian dari seluruh elemen bangsa.

Demikian salah satu kesimpulan yang muncul dalam Workshop Nasional Penghapusan Diskriminasi Rasial Internasional bertema Penguatan Sikap Toleransi dan Nasionalisme Pemuda untuk Perdamaian Bangsa di Universitas Azzahra, Jakarta, Minggu, 8 Desember 2019. Hadir sebagai narasumber Mommy Variana injani dari Kementerian Pemuda dan Olahraga RI, Muhammad Khairil Haesy dari Masyarakat Anti Fitnah Indonesia, dan Budi Sarasati dari Universitas Azzahra. Bertindak sebagai moderator Yulisza Syahtiani dari Yayasan Pagar Budaya.

“Pemuda saat ini yang merupakan generasi milenial adalah potensi besar bangsa Indonesia, karena pemuda merupakan agen perubahan. Namun hoaks yang terus menyerang generasi milenial bisa membuat krisis kebangsaan, karenanya dibutuhkan gerakan penyadaran kolektif untuk menangkal hoaks,” kata Mommy.

Lebih lanjut Khairil menjelaskan bahwa saat ini siapa pun berpotensi untuk menjadi produsen, distributor, dan konsumen hoaks. Hoaks bukan saja berarti berita bohong, namun informasi palsu yang dibuat seolah-olah benar untuk melahirkan kebingungan dan kebencian, serta menciptakan situasi masyarakat yang saling curiga berkepanjangan.

“Hoaks yang makin marak ini bisa melahirkan diskriminasi sosial politik yang bermuara pada disintegrasi bangsa. Fenomena kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah menyebabkan situasi banjir informasi yang membuat masyarakat bingung. Lalu hoaks masuk untuk memprovokasi, mengalihkan isu, bahkan menutup fakta,” jelas Khairil.

Sementara itu Budi Sarasati menjelaskan bahwa hoaks makin marak karena pelaku kriminal hoaks merasa mendapatkan sensasi persepsi dari tindakannya.

“Karena itu perlawanan terhadap hoaks harus dimulai dari pendidikan moral dan religiusitas di lingkungan keluarga,” ujar Budi.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here