BANTENKINI.COM, SERANG – Sudah Sejak dua minggu lebih desa wargasara daerah wilayah Pulau Tunda Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang Provinsi Banten mengalami krisis Listrik.
Daerah yang terletak dibagian utara teluk banten atau berjarak sekitar 36,4 kilometer tersebut masyarakatnya hidup dalam kegelapan, hanya satu atau dua jam saja dialiri arus listrik yang dihasilkan dari Pembangkit listrik Tenaga Surya (PLTS) yang berkapasitas hanya 25 ribu kilo Watt yang di lakukan bergilir.
Salah Seorang Warga Pulau tunda Mulyadi (30) mengatakan, ketiadaan listrik di desanya sudah sekitar dua mingguan, banyak dikeluhkan dan keadaan ini sangat menggangu sekali.
“Dengan kondisi ini tentunya banyak warga masyarakat disini yang mengeluhlah, banyak warga yang butuh listrik mah kan, ya untuk belajar jadi keganggu anak-anak mau belajar, mengaji juga terganggu, aktifiras juga terbatas,”ungkapnya pada Minggu, (02/08/2020).
Dirinya untuk sementara selama tiada listrik terpaksa menggunakan Genset untuk penerangan di rumahnya walaupun dengan biaya yang cukup besar harus dikeluarkan untuk pembelian bahan bakar.
“Dari masyarakat yang punya seperti ini, pakai genset yang kelistrikannya terbatas, hanya cukup untuk penerangan rumah saja, kalau operasional jadi membengkak, kita star dari sore, kalau sampai pagi itu sekitar habis solar sekitar 8 literan disini harga bahan bakar 12ribu perliter.”katanya.
Kepala Desa Wargasana Pulau Tunda
Hasyim saat ditemui di sela-sela aktifitasnya menerangkan, mengenai penerangan yang sangat vital untuk warganya beberapa minggu ini terjadi kendala tidak menyalanya atau terjadi kerusakan yang berat lantaran mesin Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang selama ini beroperasi untuk menerangi sekitar 300 rumah yang ada di pulau tunda setiap malam tidak berfungsi.
“Mesin sudah tua, ada sekitar tujuh tahunan umurnya, kami disini gelap dari mulai magrib hingga jam 11 malam terang sampai jam 2 sampai jam 3 gelap kembali, ada bantuan tenaga surya yang tidak memuaskan, tapi alhamdulillah sedikitpun masih ada penerangan,”tuturnya.
Hasyim mengaku, jika dirinya selaku Kepala Desa mewakili masyarakat ingin berteriak teriak itu keinginannnya mengganti PLTD dengan yang baru, Namun apalah daya, anggaran di desa belum ada.
“Inginnya ganti, karna memang kondusinya sudah tua, tapi ya anggaran tidak ada, sementara ini kemungkinan kami perbaiki saja, dengan kekurangan ini,” cetusnya.
Hasyim juga menerangkan bahwa, selain PLTG, didesanya terdapat dua Pembangkit lainnya yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), namun kondisinya hanya satu yang beroperasi dengan kapasitas 25 ribu kilo Watt, sedangkan yang satunya rusak tidak beroperasi dengan kavasitas 50 kilo Watt.
“Selain pltg, disini itu ada juga 2 plts, pertama bantuan dari tahun 2013 yang sebesar 25 kwv yang hingga sekarang masih berfungsi, kemudian bantuan plts berkapasitas 50 kilo watt bantuan 2018-2019, namun saat ini kondisinya dalam keadaan rusak tidak berfungsi,” jelasnya.
Saat ini, terang Hasyim, untuk PLTG sedang dalam perbaikan mudah mudahan tidak lama lagi, juga PLTS yang rusak sedang tahap perbaikan, namun memang masih harus menunggu sekitar satu bulanan untuk PLTS,
“Kami masyarakat di pulau ini harus mempunyai kesabaran, tawakal terhadap itu, bantuan juga kami ucapkan banyak terima kasih baik dari pemerintah, walaupun terbatas batas juga alhamdulillah pemerintah membantu masyarakat.”ucapnya.
Sementara itu, Salah satu Opereator Genset Kusnadi yang berhasil di temui menerangkan, mesin Genset ada dua yunit yang lama dengan kapasitas 75KWV namun telah lama tidak di pakai lantaran rusak parah, dan yang 100 KWV yang saat ini tengah dalam perbaikan.
“Kerusakannnya ya cukup parah juga, saat ini kita sudah ganti boring, ring seher, termasuk seher juga, pompa oli, dan lain lain, seperti pompa air, kuler juga, tapi sementara ini karna dari keuangan kita yang minim sehingga yang penting tadi, mesin bisa aktif bisa hidup gitu ajah dulu, ya karna tadi, keuangan kita yang sangat minim,” tuturnya.
Untuk Sistem pendistribusian, Kusnadi menuturkan dari dua pembangkit yang ada yaitu PLTD dan PLTS tidak terpisah, tinggal bagaimana kondisi penggeraknya jika masih sanggup menampung strum itu ya jalan, kalau tidak selesai cukup hanya satu jam atau dua jam saja.
“Dalam operasionalnya, untuk mesin pltd ini tiap harinya hanya dinyalakan 4,5 jam saja semalamnya karena memang situasi kondisin bbm nya yang tidak memungkinkan dan biaya perawatan,” jelasnya.
Saat ini, lanjut Kusnadi, walaupun dengan kondisi apa adanya, mesin sedang masa perbaikan masih belum beres, walaupun sudah dapat menyala namun belum stabil, masih butuh beberapa hari lagi kedepan untuk beroperasi.
“Insya allah beberapa hari lagi dapat teratasi karna memang masih ada sedikit trable (kendala),” tandasnya.